SUKORAMBI, Radarjember.net – Wakil Ketua DPRD Jember Widarto menilai bahwa setiap proses pemberitaan selalu melibatkan rangkaian keputusan redaksional.

Mulai dari isu apa yang dipilih, bagaimana sudut pandangnya ditentukan, hingga cara sebuah kejadian dirangkai untuk dipahami masyarakat.

Ia menegaskan bahwa beragam faktor sosial, ekonomi, maupun dinamika dalam ruang redaksi turut membentuk keputusan tersebut.

Karena itu, menurutnya, unsur subjektivitas tidak pernah sepenuhnya hilang dari dunia jurnalistik.

Ia menyebut bahwa kondisi seperti inilah yang membuat praktik jurnalisme selalu bernegosiasi antara nilai ideal dan kenyataan lapangan.

Widarto menjelaskan bahwa subjektivitas wartawan dan institusi media dapat menjadi titik awal munculnya framing atau cara media membentuk makna sebuah peristiwa.

Pemilihan kata, penyajian foto, hingga cara menyusun konteks dapat memengaruhi emosi dan kesan pembaca tanpa mereka sadari.

“Dalam jangka pendek, framing berpotensi membentuk persepsi, memunculkan empati atau penolakan dalam jangka menengah, dan bahkan jangka panjangnya akan memicu gerakan publik Efek ini bisa sangat kuat jika dilakukan secara terus-menerus,” tuturnya dalam FGD Level Up Media Jember yang digelar di Kafe Tebing Botani Sukorambi, kemarin.

Ia mengajak insan pers untuk terus kembali pada prinsip-prinsip dasar seperti kode etik jurnalistik dan Undang-Undang Pers.

Pendekatan ini, menurutnya, penting untuk menekan potensi bias yang mungkin timbul dalam sebuah pemberitaan.

Ia menambahkan bahwa jurnalisme bukan hanya menyampaikan masalah, tetapi harus memberikan solusi dan perspektif yang lebih luas. Konsep itu disebutnya sebagai jurnalisme positif.

“Jurnalisme positif itu bukan memberi apa yang diinginkan publik, tapi apa yang dibutuhkan publik,” tegasnya.

Halaman

1   2