
Wacana Corporate Farming untuk Wujudkan Ketahanan Pangan, Komisi B DPRD Jember: Sepakat, tapi..
Meski sepakat, dia menilai ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dan diperhatikan lebih serius lagi. Yakni infrastruktur pertanian seperti jaringan irigasi, jalan, usaha tani, hingga air, keberadaannya di lapangan menurutnya masih kurang baik.
"Maka, perlu diberikan sosialisasi, pemahaman kepada petani agar petani punya pompa air sendiri di lahan pertanian," terangnya.
Legislator PDIP itu menilai krisis kesuburan yang dialami sejumlah lahan produktif di Jember juga cukup mengkhawatirkan. Dari ambang batas kesuburan lima persen, tingkat kesuburan tanah di Jember hanya pada kisaran dua persen. "Ini Karena dalam pikiran petani yang paling baik adalah pupuk anorganik," ulasnya.
Hal itu juga menjadi persoalan. Sebab, masih jarang petani yang mau mengaplikasikan pupuk organik di lahannya, yang justru akan menyehatkan tanah dalam jangka panjang.
Candra mengatakan, persoalan hama penyakit tanaman (HPT) karena tidak adanya rotasi komoditas yang ditanam diharapkan bisa ditangani melalui konsep corporate farming. Agar petani tak hanya berfokus pada beberapa jenis tanaman pangan saja.
"Ketika corporate farming ini dilaksanakan, akhirnya petani tidak hanya fokus pada berapa jenis tanaman pangan saja," paparnya.
Wacana penerapan konsepnya disarankan agar dikembangkan dengan serius, nantinya. "Dianalisis apa saja yang menjadi kebutuhan petani. Mungkin sampai pada tingkat memberikan pemahaman kepada para petani terkait konsep corporate farming," serunya. (sil/c2/nur)
FOTO: MEGA SILVIA/RADAR JEMBER
KETERANGAN FOTO: Wakil Bupati Jember Djoko Susanto foto bersama sejumlah petani, belum lama ini.
Halaman
Bagikan ke: