Bangun Masjid dari Jalan - Undercover Radar Jember
Sesekali pengendara motor maupun mobil menyodorkan uang ke ember tersebut. Terkadang karena jaraknya agak jauh dan tidak memungkinkan, uang itu dilempar dekat ke petugas penghimpun amal. Uang yang dilempar itu dipungut dan dimasukkan ke ember. Di dekat lokasi, uang itu juga dimasukkan ke kotak amal.
“Mator sakalangkong (terima kasih)! Alhamdulillah,” suara yang acapkali terdengar tatkala pengguna jalan memberikan sumbangan. Suara itu dari salah satu petugas yang memegang mic. Terdengar keras melalui toa maupun sound yang ada di lokasi penghimpunan amal.
Berapapun nominalnya, Rp 500, seribu rupiah, dua ribu rupiah maupun berlembar-lembar ribuan, ungkapan terima kasih dari petugas itu selalu disampaikan. Tak lupa, para petugas itu juga menyebut pengguna jalan yang dimaksud. Baik pengendara roda dua maupun roda empat. Kadang juga menyebut nomer plat, warna kendaraan hingga arah kendaraan itu hendak melintas.
Begitulah keseharian petugas dan relawan penghimpun amal salah satu masjid yang hendak dibangun. Kepada Jawa Pos Radar Jember, salah seorang petugas yang ditemui mengaku aktivitas tersebut dibayar. Dalam sehari, honor yang diterima beragam. “Sehari bisa Rp 60 ribu. Itu kalau dapatnya (amal dari pengguna jalan,Red) sedikit. Kalau banyak, bisa dapat Rp 90 ribu,” katanya.
Sementara di wilayah Jember bagian selatan, para petugas penghimpun amal itu diberi imbalan yang berbeda. Mulai dari Rp 40 ribu sampai Rp 60 ribu. “Mereka kerja dari pagi sampai sore. Kalau waktu istirahat, aktivitas penarikan amal ya, berhenti,” kata Hadi, salah satu panitia pembangunan masjid di Jenggawah.
Upah itu sebagai hasil jerih payah. Dia menuturkan, petugas yang bekerja itu tak ada shift dan tak ada libur. Meski demikian, ada juga warga dan jemaah secara sukarela ikut membantu menghimpun amal tersebut. Setiap harinya terdapat lima petugas yang bekerja menjaga amal di tengah jalan. Meskipun amal-amal ini bisa menjadi peluang kerja bagi para petugas, prioritas utama tetap diberikan untuk kebutuhan masjid.
“Uang dari amal itu tidak untuk membangun masjid. Tetapi untuk membeli tanah, membangun atau renovasi sarana prasarana seperti kamar mandi dan tempat parkir,” tambahnya.
Halaman
Bagikan ke: