Selasa, 20 Mei 2025

:
:
Yang Luntur di Bulan Agustus - Undercover
Undercover
Yang Luntur di Bulan Agustus - Undercover

MERAWAT budaya dengan keberagamannya bisa dilakukan melalui banyak cara. Salah satunya karnaval budaya yang hampir semua daerah rutin menggelarnya di bulan Kemerdekaan, Agustus. Hampir setiap hari kepadatan penduduk beralih ke jalan raya. Mulai ruas jalan di desa, kecamatan, kabupaten hingga provinsi dan nasional.

Karnaval budaya jadi gelaran dan tontonan rutin bagi masyarakat. Selain memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) RI, itu juga untuk menampilkan kesenian dan kebudayaan.

Akan tetapi, belakangan ini, ada yang luntur; nilai perjuangan dan budaya Indonesia. Sebab karnaval itu juga menampilkan hal-hal yang sedang tren. Seperti mengenakan kebaya bukan sesuai pakemnya. Melainkan mengenakan pakaian terbuka dan berjoget pargoy diiringi musik remix ala disjoki. Musik-musik itu juga disetel dengan suara kencang menggunakan sound system yang diangkut oleh truk maupun pikap atau disebut sound horeg.

Salah seorang warga, Ahmad Hayyan menyayangkan gelaran karnaval yang tidak memiliki esensi nilai kebudayaan dan perjuangan Indonesia. Menurut Hayyan, seyogyanya karnaval sarat makna perjuangan, tradisi dan nilai kebudayaan Indonesia. Sehingga identitas dan jati diri bangsa melalui beragam penampilan itu tetap melekat.

“Relasi Kemerdekaan, perjuangan, nilai-nilai kebangsaan tidak tercermin pada joget (pargoy). Apalagi sekarang, anak kecil berpakaian ketat dan joget. Miris, ya. Secara pribadi melihat itu kurang elok walaupun saat ini, (dunia) digitalisasi ke arah sana,” ujarnya

Dia menegaskan, hal-hal itu tidak berkorelasi pada nilai-nilai Bangsa Indonesia. Apalagi Indonesia masih menjunjung tinggi adat ketimuran. Dalam hal keberadaban, sosial dan umum, hendaknya menampilkan sesuatu yang positif. 

“Tetapi diakui atau tidak, suka atau tidak suka, trennya sekarang, ya, begitu. Maka ini harus dievaluasi. Oleh semuanya. Masyarakat, panitia penyelenggara, pemerintah dan lainnya,” imbuhnya.

Manan, warga lainnya juga tak sepakat dengan penyelenggaraan karnaval saat ini. Menurut lansia asal Karangrejo Sumbersari itu, karnaval budaya yang ditampilkan kini menghilangkan tradisi, seni dan budaya Indonesia. 

“Kalau dulu sederhana. Ada yang mengenakan pakaian tradisional, menari (tradisional,Red) diiringi gamelan-gamelan. Sekarang berbeda. Pakai sound besar-besaran,” katanya.

Kata Akademisi dan Pemerintah..

Halaman

1   2  

Bagikan ke:

Berita Terkait