Sabtu, 17 Mei 2025

:
:
Ini Kepribadian Mahasiswa Universitas Jember yang Loncat dari Lantai 8 Gedung Unej
Peristiwa
Ini Kepribadian Mahasiswa Universitas Jember yang Loncat dari Lantai 8 Gedung Unej

Bijaklah dalam membaca. Berita ini tidak ditujukan untuk mendorong maupun menginspirasi seseorang melakukan tindakan yang sama. Jika pembaca sedang mengalami masalah dan depresi dengan kecenderungan untuk mengakhiri hidup, segera berkonsultasi ke psikolog, psikiater, klinik kesehatan atau pihak-pihak lain yang dapat membantu.

JEMBER, Radarjember.net - Tragedi mahasiswa melompat dari lantai delapan gedung di Universitas Jember (Unej), Senin (23/12) lalu, mengundang sejumlah pertanyaan.

Pihak kampus pun melakukan jumpa pers dan menegaskan tragedi yang dialami DRY tersebut murni menjatuhkan diri atau bunuh diri.

Wakil Rektor III Unej Fendi Setiawan menjelaskan, indikasi korban menjatuhkan diri dari lantai delapan itu terlihat dari rekaman CCTV yang ada, yaitu pada saat proses naik melalui lift.

“Dalam rekaman CCTV mahasiswa tersebut sendiri. Jadi, kalau ada rumor dia didorong atau ada faktor sesuatu dengan pihak lain, kami pastikan tidak ada,” terangnya.

Selain itu, keamanan gedung di lantai tersebut terbilang aman. Sebab, pagar penghadang setinggi rata-rata kepala orang dewasa.

Baca juga: Sebelum Bunuh Diri, Ini Status WA Mahasiswa Unej yang Lompat dari Lantai 8

Sehingga saat kejadian, ada saksi yang mengetahui jatuhnya sesuatu dari atas, dan ternyata setelah diidentifikasi yaitu mahasiswa Prodi Sosiologi FISIP angkatan 2023. “Itu juga dikuatkan hasil forensik dari kepolisian,” tuturnya.

Juga terdapat bukti yang lain. Di antaranya kendaraan yang diparkir, dan tas selempang merah yang dia bawa ditinggal di lantai delapan. Barang pribadi milik korban berisi dokumen, seperti KTP, dua ponsel, SIM, dan STNK atas nama korban.

Kepribadian Korban

Fendi Setiawan menyampaikan, pihak kampus juga sudah mendalami faktor terjadinya tragedi tersebut. Melalui informasi dari rekan seangkatannya, almarhum memiliki kepribadian yang tertutup, tidak terlalu banyak bergaul.

“Almarhum tidak terlalu banyak bicara. Saat di kos lebih sering berdiam diri di kamarnya,” imbuhnya.

Berkaitan dengan kondisi psikologisnya, pihaknya tidak bisa memastikan sejauh mana tekanan yang dia miliki. Pihak kampus juga sempat mengobrol dengan ayahnya.

Halaman

1   2  

Bagikan ke:

Berita Terkait