
JEMBER, Radarjember.net - Di desa Rowotamtu, Kecamatan Rambipuji, nama Faiq kerap disebut dengan penuh hormat. Di usianya yang masih muda dan berstatus mahasiswa, ia sudah dipercaya menjadi guru ngaji anak-anak kecil di desanya.
Faiq kini masih menempuh studi semester lima di Universitas Islam Jember.
Di sela kesibukannya, Faiq tetap menyisihkan waktu mendampingi anak-anak belajar membaca dan memahami Al-Qur’an, dengan ikhlas tanpa pamrih.
Berbeda dengan TPQ di kota yang biasanya menarik iuran, pengajian di Rowotamtu berlangsung sepenuhnya secara sukarela.
Tidak ada bayaran, kecuali iuran listrik yang ditanggung bersama oleh murid berasal dari desa itu sendiri.
Sejak awal, Faiq tidak pernah menaruh harapan soal bayaran. Baginya, mengajar ngaji adalah ladang ibadah sekaligus cara mencari barokah dari gurunya.
“Iya Alhamdulillah sih, tapi kalau memang gak dapat juga gapapa, soalnya memang aku gak mengharap itu, karena ditugaskan sama ustadz ku, ambil barokah dari guru itu mbak,” ujarnya.
Setiap pukul tiga sore, anak-anak kecil mulai berdatangan membawa iqra’. Selepas Magrib, giliran remaja yang mengaji. Mereka mengaji berkelompok dan belajar langsung bersama ustadz senior.
Rutinitas ini sudah berlangsung bertahun-tahun di Rowotamtu.
Kehadiran guru ngaji muda seperti Faiq memastikan tradisi itu tetap terjaga dari generasi ke generasi.
Warga desa menilai peran guru ngaji sangat vital. Mereka tidak hanya mengajarkan bacaan, tetapi juga menanamkan adab dan nilai moral sejak dini.
Itulah sebabnya, meski insentif belum cair, kehadiran guru ngaji tetap mendapat penghargaan di hati masyarakat.
Insentif Rp1,5 juta dari pemerintah memang dinanti, tapi bukan tujuan utama. Nilai terbesar dari program itu adalah pengakuan bahwa kerja mereka berarti.
Bagi Faiq, insentif itu jika cair bersyukur, namun ia menegaskan, keberkahan dari mengajar tetap lebih berharga daripada angka.
Kisah Faiq menjadi cermin wajah pendidikan nonformal di pedesaan, dengan sederhana menyebarkan ilmu agama di sela aktivitas kuliahnya.
Di mushola Rowotamtu, suara anak-anak yang mengeja ayat tetap terdengar. Bagi Faiq, itulah bukti pengabdian yang tak pernah menunggu bayaran. (Dia/Nia)
Bagikan ke: