Tembus Gelap, Hujan, dan Abu Semeru: Tim Baznas Jember Tak Kenal Lelah Kirim Bantuan Hingga Malam
CANDIPURO, LUMAJANG — Malam makin gelap ketika deru mobil rescue milik Baznas Kabuoaten Jember memasuki wilayah Candipuro, Lumajang. Hujan tipis bercampur abu membuat pandangan kabur, sementara jalanan licin dipenuhi pasir dan material erupsi. Namun langkah mereka tak surut. Malam itu, Tim Baznas Jember terus bergerak, membawa harapan bagi ratusan warga yang mengungsi akibat erupsi Gunung Semeru.
Bukan kisah epic. Tapi, memang seperti inilah aktivitas yang acap terlihat ketika terdengar bencana. Sibuk berkoordinasi dan mendiskusikan langkah apa yang haryus diambil, dan bantuan apa yang bisa segera dikirim. Baznas Kabupaten Jember sigap. Sejak kabar erupsi tersiar pada Kamis pagi (21/11), Baznas Jember langsung sibuk berkoordinasi. Mulai dari pimpinan hingga staf.
Lebih-lebih, bancana kali ini lumayan besar. Erupsi Semeru. Bayangan dampak bencana seperti tahun0tahun sebelumnya menggelayut. Pasti berdampak serius dan banyak pengungsi. Lebih-lebih tayangan di media sosial terus saja bersliweran.
Koordinasi dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jember makin membuat tim Baznas Jember makin intens melakukan langkah-langkah. “Kita putuskan segera kirim bantuan. Rescue berangkat dengan tim baznas tanggap bencana,’’ ungkap Rudi Masrukhin, wakil ketua IV Baznas Jember tangkas. “Nggak usah nunggu intruksi dari pihak lain. Tidak bisa ditawar, kita berangkat membawa bantuan,’’ tambahnya yang langsung diamini pimpinan lainnya.
Para amil pun sigap. Tak perlu lama. Koordinasi dilakukan secepat mungkin dengan Baznas Kabupaten Lumajang, Tim BAZNAS Tanggap Bencana (BTB)—unit kebencanaan Baznas yang memang bertugas merespons kondisi darurat—segera disiapkan. Tak butuh waktu lama bagi rombongan untuk meluncur ke Lumajang, membawa logistik darurat: makanan cepat saji, air mineral, dan kebutuhan pokok lainnya.
“Kami langsung berkoordinasi dengan Baznas Lumajang untuk melakukan asesmen awal. Yang paling penting saat itu adalah memastikan kebutuhan darurat para pengungsi,” tutur Abdul Qodir, koordinator tim yang memimpin misi kemanusiaan dari Jember.
Sesampainya di Lumajang, perjalanan tak semudah yang dibayangkan. Jalur menuju Candipuro sempat terhenti di jembatan Gladak Perak yang ditutup akibat banjir lahar panas. Mereka harus menunggu lama sampai jalur aman dilewati. Mereka menembus kegelapan dan medan yang penuh sisa-sisa material vulkanik. “Jalan licin, hujan terus turun, tapi kami harus tetap maju,” sambung Qodir.
Dikawal langsung Wakil Ketua II Baznas Lumajang, H. Pudjiardi, tim akhirnya berhasil mencapai sejumlah titik pengungsian. Salah satu lokasi utama berada di Balai Desa Penanggal. Selain itu, pengungsi tersebar di Balai Desa Jarit, Sumberwuluh, Sumbermujur, hingga rumah-rumah warga yang dijadikan tempat darurat.
“Ada 325 jiwa yang terdata membutuhkan bantuan. Sebagian besar bantuan memang terpusat di kantor kecamatan, sehingga kami fokus mendistribusikan ke titik-titik yang jarang tersentuh,” ujar Qodir.
Malam makin larut, namun tim masih terus bergerak dari satu titik ke titik lain. Kotak bantuan diangkut turun, dibagikan kepada para pengungsi yang menunggu dalam kecemasan dan dinginnya malam pegunungan. Anak-anak, lansia, hingga ibu-ibu yang kelelahan terlihat lega ketika menerima bantuan itu.
Semua bantuan tersebut berasal dari infak dan sedekah masyarakat Jember yang dihimpun Baznas. Selama ini dana tersebut dialokasikan untuk pengentasan kemiskinan, kesehatan, dan ekonomi. Namun ketika bencana datang, Baznas Jember berdiri di garda terdepan.
“Kami akan selalu berupaya cepat dan tanggap untuk urusan kemanusiaan,” tutup Qodir, yang hingga larut malam masih berada di lokasi pengungsian bersama tim Baznas Lumajang.
Di tengah gelap dan dingin Candipuro, langkah mereka menjadi bukti bahwa solidaritas tak pernah padam dan tak kenal jarak -- meski harus menembus hujan, abu, dan bahaya di kaki Semeru. (jumai)
Bagikan ke: