Senin, 09 Juni 2025

:
:
Harga Pembelian Gabah dan Beras di Petani Berubah, Ini Kata Bulog Jember
Pertanian Jember
Harga Pembelian Gabah dan Beras di Petani Berubah, Ini Kata Bulog Jember

DOK RADAR JEMBER
STOK CUKUP: Stok beras di gudang penyimpanan Perum Bulog Jember di Mangli, Kaliwates. Serapan gabah selama 2024 terkendali, sementara stok beras masih aman.

 

JEMBER, Radarjember.net - Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengeluarkan aturan baru mengenai harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah dan beras. Ini berdasar pada keputusan Kepala Badan Pangan Nasional Nomor 14 tahun 2025 tentang Perubahan atas Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional No 2/2025 tentang Perubahan atas Harga Pembelian Pemerintah dan Rafaksi Harga Gabah dan Beras.

Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) itu ditetapkan pada tanggal 24 Januari 2025, dan berlaku di saat yang sama. Ini menganulir keputusan sebelumnya pada 14 Januari lalu. Perubahan itu menjadi sinyal positif bahwa ada jaminan penyerapan gabah dan beras, khususnya di tingkat petani.

Komitmen ini perlu dikawal bersama. Sehingga para petani tidak lagi merugi dalam produksi padi. Penetapan harga juga diharapkan bisa memberikan perlindungan kepada petani sehingga tetap semangat berproduksi untuk mendukung swasembada pangan.Pimpinan Cabang (Pinca) Perum Bulog Jember Muhammad Ade Saputra mengatakan, pihaknya mendukung penuh kebijakan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan beras petani tersebut. Sebab itu juga menjadi bagian dari upaya mewujudkan swasembada pangan negeri.

Ade menyampaikan, masyarakat bisa membaca dan memahami aturan tersebut. Artinya masyarakat juga turut serta melakukan pengawalan.

Usai perubahan kebijakan, kata dia, Bulog langsung melakukan sosialisasi langsung kepada petani di lapangan. Hasilnya, saat ini rerata petani sudah memahami patokan harga tersebut. “Harga gabah di tingkat petani Rp 6.500. Tidak ada negosiasi, tidak ada tawar-menawar,” tegasnya.

HPP bertujuan untuk melindungi petani sekaligus memastikan kestabilan harga pangan di pasaran. Hal itu juga berdasarkan kalkulasi matang dengan mempertimbangkan biaya produksi petani. Jika harga gabah dan beras ditawar terlalu rendah, maka para warga akan menghadapi kesulitan dalam memenuhi biaya operasionalnya. Jika demikian, tidak tertutup kemungkinan berdampak pada penurunan produksi beras.


Selama tahun 2024, total serapan gabah dan beras berkisar 44 ribu ton. Sementara untuk tahun 2025, target serapan meningkat menjadi 51 ribu ton. Rinciannya serapan beras sebesar 31 ribu ton dan gabah sebesar 20 ribu ton.

“Hingga akhir Januari lalu, serapan gabah masih 3,5 ton. Sementara serapan beras masih mencapai 1,6 ribu ton. Kondisi ini karena panen belum maksimal dan belum mencapai puncaknya,” terangnya, kemarin.

Untuk mencapai target itu, pihaknya berkolaborasi dengan beberapa organisasi perangkat daerah. Seperti Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP), Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan, Kodim 0824 Jember, para petani, KTNA dan seluruh mitra Perum Bulog. “Ini untuk melakukan fungsi terhadap penguatan pasokan yang ada di Kabupaten Jember,” ujarnya.

Terpisah, Perkumpulan Petani Pangan Nasional (P3NA) Jumantoro bersyukur serapan gabah di tingkat petani tahun 2024 menunjukkan tren positif. Dirinya berharap pada tahun ini, serapan di tingkat petani pun ikut meningkat.

Halaman

1   2  

Bagikan ke:

Berita Terkait