NAFASNYA tersengal-sengal, tapi senyumnya masih mengembang. Perempuan berbaju hitam itu ramah menyapa saat tim Jawa Pos Radar Jember menemuinya di rumahnya, di Kecamatan Panti, Rabu (21/8) lalu. FN, perempuan yang masih berusia 20 tahun itu baru saja menyapu teras rumahnya.

Menyapu sembari olahraga ringan dengan jalan kaki di sekitar rumah menjadi kebiasaannya sejak sepuluh bulan lalu. Jalan kaki adalah salah satu aktivitas wajib yang dijalaninya setelah didiagnosis sakit gagal ginjal, November 2023 lalu. "Saya kaget ternyata terkena gagal ginjal," katanya.

Bak disambar petir, FN dan keluarganya kaget. Sebab, FN diketahui jarang sekali sakit. Namun, sakit pusing yang sering dirasakan FN beberapa waktu terakhir ternyata awal dari gejala gagal ginjal.

Selain kepala pusing, FN juga mengalami pembengkakan pada kaki. Pembekakan itu timbul-hilang. Biasanya bengkak terjadi saat pagi hari. Lalu berlanjut pada bengkak di perut dan kelopak mata.

Atas kecintaannya pada sang anak, kedua orangtuanya membawa FN untuk periksa ke dokter terdekat. Sebab selain bengkak, sakit yang dirasakan FN juga semakin serius. Hasil pemeriksaan awal, dokter mengatakan ada pembengkakan pada jantung dan asam lambung tinggi.

Setelah sehari periksa ke dokter dan tidak ada perubahan apapun, alhasil keluarga nekat membawanya ke RSUD Balung. Saat itu juga, FN segera dibawa ke IGD dan menjalani pengambilan darah. Hasilnya, FN terdiagnosis gagal ginjal karena hipertensi.

"Sekarang harus wajib cuci darah. Sepekan dua kali. Di hari Rabu dan Sabtu. Sekali cuci darah bisa sampai 6 jam. Itu belum termasuk antre mengurus administrasinya," jelas FN.

Sejak terdiagnosis, dirinya menjalani terapi hemodialisis atau cuci darah sudah 80 kali. Meski demikian, dia tidak pernah menyerah. Semangatnya terus membara. Apalagi, keluarganya juga memberikan dukungan penuh dan menemaninya setiap hari.

Halaman

1   2