JEMBER, Radarjember.net - Penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) di Jember berasal dari beragam usia dan latar belakang. Mulai dari anak sekolah hingga lansia. Di kawasan kota, tidak sedikit anak-anak muda memainkan angklung tepat saat lampu merah menyala. Salah satu anak pun memainkan musik dengan angklungnya. Sementara satu anak lainnya berkeliling menyodorkan kaleng. Berharap pengguna jalan yang berhenti itu memberi sebagian kecil rezekinya.

Di sisi jalan lain, ada lansia perempuan mengenakan topi menunggu di perempatan jalan. Ada juga ibu-ibu yang mengenakan baju layaknya badut sirkus. Sama. Keduanya juga menyodorkan kotak untuk meminta-minta. Sementara di sisi jalan lainnya, aktivitas lansia laki-laki tak jauh berbeda. Hanya saja, dia langsung menengadahkan tangannya ke pengguna jalan.

Saat ditemui Jawa Pos Radar Jember, dua anak yang mengamen menggunakan angklung itu ternyata masih duduk di bangku sekolah. Salah satu dari mereka, V (bukan nama sebenarnya) mengaku mengamen untuk tambahan uang saku sekolah dan keperluan sehari-hari. “Biar gak minta orang tua,” katanya.

Aktivitas ngamen itu sudah dijalani selama dua tahun terakhir. Pada tahun pertama, dia mengamen itu bersama orang lain. Dari situ, dia belajar memainkan angklung. Dan berlanjut hingga sekarang.

Bedanya, kali ini dia menyewa angklung itu pada orang lain. Sehari sewa, biayanya Rp 30 ribu. “Saya sewa ke orang. Kalau yang main di Argopuro itu punya angklung sendiri,” terangnya.

S, teman V mengaku, pada hari biasa jarang mengamen di simpang empat SMPN 2 Jember. Namun selama Ramadan tahun ini, mereka bermain sejak sore hingga malam. “Sekitar tujuh jam. Mulai jam 4 sore,” akunya.

Selama Ramadan ini, uang jajan mereka bertambah. Meski tidak sebanyak Ramadan tahun lalu, hasil ngamen itu lebih dari cukup untuk anak seusia mereka.

Halaman

1   2