
Undercover, Perumahan Subsidi di Jember: Paket Komplit, Septic Tank Sulit
JEMBER, Radarjember.net – Memiliki hunian menjadi cita-cita seluruh keluarga. Apalagi, belakangan ini, keinginan memiliki hunian sendiri bagi generasi muda atau Gen-Z. Baik sebelum atau sesudah menikah menjadi trend. Mereka tidak lagi ingin hidup dalam satu atap bersama orang tua atau mertua.
Perubahan ini membuat kebutuhan hunian menjadi lebih banyak. Oleh karena itu, pemerintah pusat ikut turun tangan dengan menyediakan hunian bagi masyarakat. Dalam hal ini, pemerintah memberikan hunian subsidi melalui program Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Bersubsidi.
KPR Bersubsidi adalah kredit atau pembiayaan pemilikan rumah yang mendapat bantuan dan/atau kemudahan perolehan rumah bagi pemerintah berupa dana murah jangka panjang dan subsidi perolehan rumah yang diterbitkan oleh bank pelaksana. Yakni bank secara konvensional maupun dengan prinsip syariah.
Tentunya, dalam pembangunan rumah subsidi, pemerintah menjamin kelayakan hunian. Sehingga ada aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh pengembang perumahan (developer) agar hunian itu layak disebut subsidi.
Salah satu hal wajib dan harus sesuai standar adalah fasilitas sanitasi seperti septic tank (jamban). Namun, faktanya di lapangan berbeda. Ada septic tank yang tidak sesuai spesifikasi pada perumahan subsidi.
Padahal septic tank atau tangki septik adalah tangki kedap air yang fungsinya untuk menampung dan mengolah limbah kotoran manusia dalam skala rumah tangga berupa tinja maupun urine. Sebagai wadah limbah, bangunannya harus sesuai aturan dan standar.
Pembangunan perumahan tersebut harusnya juga terkontrol. Meski ditarget penyediaan jutaan hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), rumah subsidi harusnya tetap layak. Artinya, bahan maupun bentuknya juga harus sesuai spesifikasi standar. Memang, pembangunan rumah subsidi tergolong cepat. Sejak akad, rumah itu bisa dihuni setelah dibangun tiga bulan kemudian. Paket yang ditawarkan pengembang pun komplit. Tapi nyatanya, percepatan pembangunan dengan iming-imingan itu malah bikin salbut (Dalam bahasa maduranya, ruwet, Red) di beberapa bagian, terutama septic tank. Paket komplit, septic tank sulit.
Lalu sejauh mana kontrol pengembang dalam membangun perumahan? Bagaimana pengawasan pemerintah daerah pada pembangunan rumah subsidi? Dan apakah calon pemilik rumah subsidi mendapatkan informasi yang terbuka mengenai pembangunan rumahnya?
Jangan-jangan, ketika membeli, calon pemilik rumah hanya melengkapi berkas, akad jual beli lalu menempati ketika sudah terima kunci saja. Jawa Pos Radar Jember berupaya menelusuri septic tank atau tanki septik yang telah dibangun developer. Hasilnya, ada beberapa temuan di lapangan. Septic tank itu tak sesuai spesifikasi.
Sudah Subsidi, Masih Saja Dicurangi
Janji-janji manis pengembang tidak selayaknya langsung dipegang begitu saja. Bagi masyarakat yang hendak membeli rumah, terutama perumahan subsidi yang diperuntukkan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), harus ikut mengawal sejak akad pembelian. Termasuk ikut mengawasi proses pembangunannya. Jika tidak, maka bisa saja kejadian-kejadian berikut terjadi di sekitar.
Salah satu warga perumahan di Kecamatan Kaliwates, Hadirun mengatakan sengaja membongkar septic tank miliknya. Alasannya, ukurannya terlalu kecil. Padahal, rumah yang dihuni itu akan digunakan sebagai tempat tinggal bertahun-tahun ke depan. “Hanya dua lubang cempolong (gorong-gorong wc, Red) saja. Juga tidak terlalu dalam. Hanya 1,5 meter,” ujarnya saat ditemui Jawa Pos Radar Jember, Kamis (1/2/2024) lalu.
Menurut pria kelahiran Purbalingga, Jawa Tengah tersebut, pembongkaran itu juga atas permintaan anaknya yang akan mewarisi perumahan tersebut. Anaknya tidak ingin memakai septic tank dari perumahan tersebut. Selain kecil, intensitas penyedotannya juga akan lebih sering. Agar tidak sering menyedot tinja, volume septic tank itu pun ditambah.
“Ukurannya kecil. Tampungannya juga sedikit. Di dalamnya juga merembes air. Jadi, saya bongkar. Ya, buat baru lagi agar septic tank lebih tahan lama,” terangnya.
Dari ukurannya, kata dia, diperluas dan diperdalam. Modelnya bukan lagi lingkaran atau cempoling. Melainkan memakai dinding bata yang sudah diaci. Sehingga volume tampung tinja itu lebih besar.
Saat membongkar itu, septic tank miliknya juga tidak sesuai spesifikasi. Sebab, masih ada resapan air pada dua cempolong tersebut. Tetapi dirinya tidak ambil pusing dan meminta tukang baru untuk membongkarnya sekaligus.
Di kesempatan lain, Jawa Pos Radar Jember menemui salah satu penghuni perumahan subsidi di Kecamatan Patrang. Purnomo, penghuni rumah tersebut mengaku kaget ketika membongkar kamar mandi, setahun lalu.
Mulanya, dia hendak memindahkan ruang kamar mandinya. Lokasinya digeser ke belakang rumah. Namun, saat membongkar bagian water closet (WC), dia terkejut bukan kepalang. Tinja dan urine selama ditinggali hampir tiga tahun itu ternyata tidak terbuang seluruhnya ke septic tank.
“Ada yang tidak sesuai spesifikasi pada bagian septic tank. Saya tahunya tiga tahun setelah membeli rumah. Saat mau memindahkan kamar mandi, saya bongkar. Ternyata, bagian leher angsa WC tidak tersambung dengan pipa saluran pembuangan ke septic tank. Jadi, tinja dan urine jatuh ke bawah. Saat bongkar pun ada tinjanya dan baunya menyengat,” ungkapnya, Kamis (1/2/2024) lalu.
Kejadian itu membuatnya kecewa terhadap pengembang. Sebab, rumah subsidi yang dibeli penuh perjuangan itu ternyata tidak sesuai spesifikasi. Meski hanya pipa yang tidak tersambung ke septic tank, hal itu membuatnya tidak nyaman.
Akan tetapi, dirinya juga enggan melaporkannya ke pengembang. Selain ribet, hal itu juga sudah tiga tahun dia tempati sejak beli pada tahun 2020 lalu. “Langsung diperbaiki saja. Kalau laporan (ke pengembang, Red) malah ruwet,” tambahnya.
Sementara itu, Widi, penghuni perumahan di Kelurahan Kebonsari tidak mengetahui persis model septic tank yang ideal. Saat membelinya dulu, dia tidak ikut melihat langsung. Dia pasrah pada pengembang perumahan. Sebab, dia menilai, pembangunan perumahan tersebut sudah sesuai spesifikasi.
Akan tetapi, saat ditemui Jawa Pos Radar Jember, Minggu (4/2/2024) siang, dia mengatakan, hanya ada satu wadah septic tank di rumahnya. Dia menerangkan, hal itu memang bangunan dari perumahan. “Satu saja. Ukurannya sama, tapi kedalamannya lima meter,” katanya.
Dia tidak pernah menanyakan mengapa hanya satu septic tank yang dibangun dan bukan dua septic tank. Yang dia ketahui saat itu hingga kini, kedalaman septic tank itu bisa membuat daya tampung tinja lebih banyak. “Agar daya tampungnya lebih lama. Terus tetap ada lubang pembuangan gasnya agar aman,” imbuhnya.
GRAFIS: Reza Oky Arjiansyah/Radar Jember
Reporter: Sidkin Ali
Redaktur: Ainul Budi
Bagikan ke: